MAKALAH
STRESS KERJA
1.
Latar
belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam
kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang
terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres
dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari
gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya, padahal apabila kita
mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan
pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja
tersebut psikologi seseorang juga harus stabilagar terjadi singkronisasi yang
harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus
benar-benar memperhatikan secara lebih, baik lingkungan yang dapat mempengaruhi
psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka
mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan
tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari perusahaan
untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan yang dialami oleh pekerjanya. Dalam
hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja
tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawan tersebut.
1.2
Rumusan
masalah
1.
Apa Pengertian Stres?
2. Apa saja Faktor Penyebab Stres Kerja?
3. Apa
Gejala-gejala Stres?
4. Bagaimana
cara Pengendalian Stres?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian
Stres?
2. Mengetahui Faktor Penyebab Stres
Kerja?
3. Mengetahui
Gejala-gejala Stres?
4. Mengetahui
cara Pengendalian Stres .
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Stres
Dalam Undang-undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal
164 dan pasal 165, Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 meliputi pekerja disektor formal dan informal.
Stres
kerja adalah
suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaannya (Anwar Prabu,
1993: 93).
Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan
stres kerja sebagai
suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang
karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di
lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan
bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh
perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan
kepada seseorang.
Setiap aspek di pekerjaan dapat
menjadi pembangkit stres. Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang
dihadapi merupakan situasi stres atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya
dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah, di
sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya (Ashar Sunyoto, 2001: 380).
Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), menyatakan bahwa
seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika:
1.
Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi
atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam
perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah
pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja.
2.
Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga
individu.
3.
Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak
untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
Sebenarnya
stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan manusia. Selye
membedakan stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan eustress
yang merupakan kekuatan positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi
yang tinggi. Semakin tinggi dorongan untuk berprestasi, makin tinggi juga
produktivitas dan efisiensinya. Demikian pula sebaliknya stres kerja dapat
menimbulkan efek yang negatif. Stres dapat berkembang menjadikan tenaga kerja
sakit, baik fisik maupun mental sehingga tidak dapat bekerja lagi secara
optimal (Ashar Sunyoto, 2001:
371,374).
1.2
Faktor Penyebab Stres Kerja
Ada 4 Penyebab Stres Kerja Menurut
Gibson dkk (1996:343-350) yaitu:
1.
Lingkungan fisik
Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu,
dan udara terpolusi.
2.
Individual
Tekanan individual sebagai penyebab
stres kerja terdiri dari:
§ Konflik peran: Stressor atau
penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima pesan- pesan yang tidak
cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai. Misalnya adanya tekanan
untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak cocok.
§ Peran ganda: Untuk dapat bekerja
dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu mengenai apakah mereka
diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda adalah tidak adanya
pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan kewajiban- kewajiban
dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
§ Beban kerja berlebih: Ada dua tipe
beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu banyak
sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih
kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang
dituntut terlalu tinggi.
§ Tidak adanya kontrol: Suatu stresor
besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya pengendalian atas suatu
situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja, pengambilan keputusan, waktu
yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali jadwal merupakan hal yang
penting.
§ Tanggung jawab: Setiap macam
tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang, namun tipe yang berbeda
menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.
§ Kondisi kerja
3.
Kelompok
Keefektifan setiap organisasi
dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara kelompok. Karakteristik kelompok
menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu.Ketidakpercayaan dari mitra
pekerja secara positif berkaitan dengan peran ganda yang tinggi, yang membawa
pada kesenjangan komunikasi diantara orang- orang dan kepuasan kerja yang
rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk dengan kawan, atasan,
dan bawahan.
4.
Organisasional
Adanya desain struktur organisasi
yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus.
Sumber stres kerja menurut Carry
Cooper (dikutip Jacinta F, 2002) ada 4 yaitu:
1.
Kondisi pekerjaan, meliputi :
Ø Kondisi kerja yang buruk. Berpotensi menjadi penyebab
karyawan mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara
kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih,
berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
Ø Overload. Overload dapat dibedakan secara
kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif jika
banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut.
Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi.
Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit
sehingga menyita kemampuan karyawan.
Ø Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi
menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul
adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung
unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).
Ø Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi
atau berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas
pantai, tentara, dan sebagainya.
2.
Konflik peran
Stres karena ketidakjelasan peran
dalam bekerja dan tidak tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering
muncul ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya
timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan.Para wanita yang bekerja mengalami
stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria.Masalahnya wanita bekerja ini
menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
3.
Pengembangan karir
Setiap orang pasti punya harapan
ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita- cita dan
perkembangan karir banyak sekali yang tidak terlaksana.
4.
Struktur organisasi
Gambaran perusahaan yang diwarnai
dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai
jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab, aturan main yang terlalu kaku atau
tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak jelas serta minimnya
keterlibatan atasan membuat karyawan menjadi stres.
Adanyana Manuaba (2005:4), menyebutkan bahwa stres
yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat disebabkan oleh :
1. Tuntutan pekerjaan terlalu berat
atau terlalu rendah
2. Pekerja tidak punya hak/ tidak
diikutkan dalam mengorganisir kerja mereka
3. Dukungan rendah dari manajemen dan
teman sekerja
4. Konflik karena tuntutan yang tinggi
seperti tercapainya kualitas dan produktivitas.
Pengendalian yang buruk terhadap
penyebab stres kerja dapat berakibat pada penyakit dan menurunnya penampilan
dan produktivitas. Stres kerja dapat disebabkan oleh beban kerja yang dirasakan
terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan yang rendah,
iklim kerja yang tidak menentu, autoritas yang tidak memadahi yang berhubungan
dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan
perusahaan, dan frustasi (Anwar Prabu,
1993: 93)
Ashar Sunyoto (2001: 381),
mengelompokkan faktor-faktor penyebab
stres dalam pekerjaan yaitu:
1.
Faktor- faktor intrinsik dalam pekerjaan
Meliputi tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising,
vibrasi (getaran), higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup:
a. Kerja shift atau kerja malam
Kerja shift merupakan sumber utama
dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift lebih sering mengeluh
tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi, siang dan
dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan
gangguan perut.
b. Beban kerja
Beban kerja berlebih dan beban kerja
terlalu sedikit merupakan pembangkit stres.
c. Paparan terhadap risiko dan bahaya
Risiko dan bahaya dikaitkan dengan
jabatan tertentu merupakan sumber stres. Makin besar kesadaran akan bahaya
dalam pekerjaannya makin besar depresi dan kecemasan pada tenaga kerja.
2.
Peran individu dalam organisasi
Setiap tenaga kerja mempunyai
kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan- aturan yang ada
dan sesuai yang diharapkan atasannya. Namun tenaga kerja tidak selalu berhasil
memainkan perannya sehingga timbul :
(a)Konflik peran
(b) Ketaksaan peran : Ketaksaan peran dirasakan jika seseorang tenaga
kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau
tidak mengerti atau tidak merealisasikan harapan- harapan yang berkaitan dengan
peran tertentu.
3.
Pengembangan karier
Pengembangan karir merupakan
pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi
berlebih dan promosi yang kurang.
4.
Hubungan dalam pekerjaan
Harus hidup dengan orang lain
merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik
antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam
kesehatan individu dan organisaasi.
5.
Struktur dan iklim organisasi
Kepuasan dan ketidakpastian kerja
berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres
yang ditemui terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau
barperan serta dalam organisasi.
6.
Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan
Kategori pembangkit stres potensial
ini mencakup segala unsur kehidupan seorang yang dapat berinteraksi dengan
peristiwa- peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan
demikian memberikan tekanan pada individu. Isu tentang keluarga, krisis
kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan- keyakinan pribadi dan organisasi yang
bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan semuanya
dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya.
7.
Ciri individu Stres ditentukan oleh individunya
sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.
Sarafino (dikutip Bart Smet, 1994:
117) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu:
1. Lingkungan fisik yang terlalu
menekan seperti kebisingan, temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara
yang lembab, penerangan di kantor yang kurang terang.
2. Kurangnya kontrol yang dirasakan
3. Kurangnya hubungan interpersonal
4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja.
Para pekerja akan merasa stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang
selayaknya mereka terima.
2.3 Gejala-gejala Stres
Secara
umum seseorang yang mengalami stres pada pekerjaannya akan menampilkan
gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu :
1. Physiological
memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada metabolisme tubuh,
meningkatnya kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya tekanan darah,
timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
2. Psychological
memiliki indikator yaitu : terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang,
gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3. Behavior
( perilaku) memiliki indikator yaitu : terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya
konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan
susah tidur, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, menurunnya kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan
bunuh diri.
Adapun
gejala stres ditempat kerja yang sering terjadi, yaitu:
1. Kepuasan
kerja rendah
2. Kinerja
yang menurun
3. Semangat
dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi
tidak lancar
5. Pengambilan
keputusan jelek
6. Kreatifitas
dan inovasi kurang
7. Bergulat
pada tugas-tugas yang tidak produktif
Semua yang disebutkan diatas perlu
dilihat dalam hubungannya dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu
sebelumnya.
2.4 Pengendalian Stres
Manajemen stres
dan teknik pengurangan stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah
timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen
stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya
secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang
tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres
ditempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih
keras yang berlebihan. Ini bukan cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan
apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih
jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor
tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penanggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya ditempat kerja. Stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau
bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen)
hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara
dekat. (margiati, 1999:76)
Suprihanto dkk (2003:63-64)
mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak
khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada
tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan
mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres
yang tinggi atu ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi
dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka
manajemen mungkin akan berfikir untuk memberikan
tugas
yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi
karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja.
Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengola stres, ada 2 pendekatan yaitu: pendekatan individu dan
pendekatan organisasi
1. Pendekatan
individual
Seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain
itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan
–kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah
dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan
dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2. Pendekatan
Organisasional
Beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya
dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Dalam mengatasi stres terdapat
banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk pengurangan stres yang terjadi. Ada
4 pendekatan yang sering digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi
dan retrukturisasi kognitif yang semuanya membantu para karyawan mengatasi
stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
1. Relaksasi
otot
Sebutan persamaan yang umum dari
berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan yang lambat dan dalam suatu
usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot. Diantara berbagai teknik
yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Teknik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari kaki
dan terus meningkat ke muka.
Relaksasi
dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan
dengan otot yang dirileksasikan.
2. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang
muncul dalam tubuh atau otak di deteksi, diperkuat dan ditunjukan kepada orang
tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai teknik manajemen stres
individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu yang
dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah
kemampuannya untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada
keadaan non stres. Salah satu keunggulan teknik biofeedback dibandingkan dengan
non biofeedback adalah bahwa teknik ini memberikan data yang tepat mengenai
fungsi tubuh. Pelatihan biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi
kegelisahan, menurunkan keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan
secara umum mengurangi manifestasi fisiologis negativ dari stres.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan
mengarahkan ulang pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri.
Respon relaksasi adalah
kebalikan fisiologis dan psikologis dari respon stres berperang atau lari.
Herbert benson menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu
respons relaksasi 4 langkah.
Keempat langkah
tersebut adalah :
Ø Menemukan
suatu lingkaran
Ø Menggunakan
suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan yang
menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara
eksternal.
Ø Mengabaikan
pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang pasif.
Ø Mengasumsikan
suatu posisi yang nyaman
Maharishi
mahes yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan perhatian
ke tingkat pemikiran yang lebih dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak
semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stres.
4. Restrukturisasi
kognitif
Alasan yang mendasari beberapa
pendekatan individual dalam manajemen stres dikenal sebagai retrukturisasi
kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses
kognitif , atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang
dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka
terapkan pada situasi. Teknik kognitif dari manajemen stres berfokus paa
mengubah label atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara
berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu
orang memperoleh lebih banyak kendali atas reaksi meraka terhadap stresor
dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain
teknik pengurangan stres diatas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan.
Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh alex
:
1. Sediakan
waktu rilex
Menurut
penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak pagi, sebelum
anda berangkat kerja daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak ada
solusinya) , lebih baik digunakan waktu anda yang terbatas tersebut untuk
melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik
relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas
dalam-dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di
paru-paru. Lakukan minimal 3x sampai beban anda merasa berkurang.
2. Bersikap
lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya
kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan
atasan tentang tugas anda dan tanggung jawab tambahan yang ingin anda pegang.
Dengan demikian, anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa anda lakukan dengan
cara seperti yang diinginkan perusahaan.
3. Bekerja
lebih efisien
Selalu kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex
memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa
tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,
sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam
hari menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara efisien, anda juga harus
trampilmenentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu anda
mengatur strategi.
4. Tingkatkan
energi dengan tidur
“Ketika lelah, anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal
yang sepele,” demikian tulis Camile
Anthony dalam “the art of napping at work” (1999). Kesalahan juga akan membuat
perhatian anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex
menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama
manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola kantor (
diluar waktu sholat) atau mobil anda untuk tidur, Jangan lupa pasang alarm agar
tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja anda bisa
jadi pilihan terakhir. Yang penting
tingkatkan energi segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama
30 menit atau kurang, Menurut anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor
sehingga memperbaiki hubungan anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan
agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur nyenyak,
yang akan membuat anda lebih lelah ketika bangun.
5. Atur
lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja anda? Apakah meja kerja anda berantakan
atau ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang
tampaknya sepele tersebut dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan
anda. Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran,
ada baiknya anda memulainya dari meja anda. Dalam feng shui, seni tata ruang
dari tiongkok, tempat kerja yang teratur menunjukan pikiran yang teratur. Jaga
lingkungan kerja, terutama meja dari tumpukan kertas atau file. Simpan
kertas-kertas anda dalam map dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga
bisa mencegah stres dengan mengubah letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang
akan masuk ke ruangan anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga anda
dapat bekerja dengan cahayaalami dari luar.
6. Kembangkan
pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah
makanan dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak
mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi
makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olahraga yang cukup tidak saja
menyehatkan badan, tetapi juga memperbesar kapasitas badan dan memperbesar
kapasitas paru-paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan
kadar oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh
tubuh anda, sehingga akan berpikir lebih jernih.
7. Tingkatkan
ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru.
Jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi, anda bisa mempelajarinya melalui
buku-buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika
anda mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat anda. Peningkatan
ketrampilan akan membuat anda menjadi karyawan yang lebih berharga
8. Lupakan
pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebiasaan itu. Liburan
sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan
berarti membuang waktu. Selain memberikan energi tambahan yang akan membuat
anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan anda dengan
keluarga.
9. Pekerjaan
bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan
sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi diri. Tapi diluar pekerjaan, masih
banyak kegiatan lain yang dapat
menimbulkan persaan berguna bagi anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar
pekerjaan, stres anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat meyakinkan
diri bahwa walaupun anda tidak bisa memperbaiki keadaaan di tempat kerja, anda
bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan anda. Perasaan mampu
mengendalikan kehidupan anda sendiri adalah harta tak ternilai.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Stress
merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stres juga terjadi
dalam kerja dimana stres tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu
lingkungan fisik, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan individual. Keempat
hal tersebut dapat menghasilkan stres yang berbeda pada setiap individu
tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya
respon barulah dapat ditentukan bagaimana stres yang dialami seseorang tersebut
Stres
yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negativ dimana stres itu akan
memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stres. Stres yang
dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak
metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stres dalam pekerjaan disuatu
perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stres
yang mereka alami.
Pada
dasarnya stres terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta
adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat
dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.
3.2
Saran
Stres dalam bekerja
sebaiknya dikurangi dengan berbagai teknik pengurangan stres yang dapat
digunakan serta manajemen stres tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu
mencegah stres dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja.
Selain baik bagi karyawab juga baik bagi
perusahaan.